Grasstrack saat ini dapat dikatakan sedang naik pamor dan banyak diminati kalangan otomotif di negeri ini. Belakangan muncul perdebatan tentang ikut sertanya motor pabrikan 250cc di event grasstrack, sehingga tidak heran jika akhirnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan penikmat balap grasstrack. Jika parameternya adalah besarnya kapasitas mesin, kelas untuk motor 250cc memang sudah tersedia pada level grasstrack itu sendiri. Namun, jika kita melihat pada konsep dasar grasstrack, seharusnya yang digunakan adalah motor harian yang dimodifikasi untuk balap.
Beberapa kali event, motor pabrikan 250cc tersebut memang sudah turut serta, tetapi ada pula event yang tidak memperbolehkan motor tersebut turut berkompetisi. Baru-baru ini muncul surat rekomendasi dari PP IMI yang secara tidak langsung memberikan sinyal positif terhadap penggunaan motor pabrikan 250cc di kompetisi grasstrack. Ketika kami mencoba menghimpun informasi terkait hal ini, muncul beragam komentar dari para penggiat grasstrack tanah air.
“Dampaknya menurut saya seperti pemaksaan. Kalau begitu motor seperti CRF 250 x Enduro, WR 250 4tak, atau yzf 250 Enduro bisa diturunkan” – Fajar (Berang-Berang Frame)
“Konsep dasar grasstrack itu motor harian yang dimodifikasi, bukan motor berbasis cross yang langsung dirakit pabrik. Seninya balap grasstrack itu kan gimana caranya motor harian kita modif untuk balap. Motor sport yang kita gunakan juga awalnya motor harian kantor, namun kita rubah untuk motor grasstrack” – Fachmi (MPS Honda Banten)
“Saya kira untuk kelas 4tak sport harusnya ditinjau lagi batasan-batasannya” – Wahyu (SBM Frame)
Komentar lain muncul dari pihak Viar, disampaikan oleh Bapak Dimas Tommy Radityo selaku perwakilan dari Viar. Bahwa dengan dipersilahkannya motor lain yang serupa dengan Viar untuk turut berkompetisi, pihaknya menganggap bahwa hal tersebut memang kebijakan masing-masing penyelenggara. Tetapi seharusnya dari sisi legalitas, rekomendasi tersebut hanya untuk Viar saja.
“Rekomendasi itu seharusnya hanya untuk Viar, jika motor lain mau masuk seharusnya juga dipastikan dulu oleh IMI Pusat bahwa itu bukan motor SE” tutur Pak Dimas.
“Waktu itu di cek (re: Viar) oleh komisi teknik PP IMI, Bapak Reymond. Dibongkar mesinnya, dicek satu persatu dalamnya, dan memang bukan SE” tambahnya.
Sempat kami menanyakan perihal ini kepada pihak IMI, namun pihak IMI tidak mau berkomentar banyak dan hanya memberikan statement untuk merujuk ke buku peraturan.
Berikut kami lampirkan surat rekomendasi yang beredar: