Memang kejuaran nasional grasstrack region 2 seri 3 yang digelar di Banyuwangi (28-29 Mei 2016) terbilang ramai diserbu pembalap, terutama pembalap Jatim dan Bali. Pembalap Bali yang sering ikut Kejurnas seperti Tona, Aiklogo, Yahmani, Kadek Candra, dan Arya DP menyebrang ke region 2 untuk mencoba kekuatan pembalap Jawa. Seharusnya event Kejurnas Banyuwangi bisa dikatakan jadi event Kejurnas yang paling banyak starternya dikelas Junior dan Senior. Namun dengan tidak jadi ikutnya pembalap Jawa Tengah seperti Akbar Toufan, Rizky HK, Eddy Arianto, dan Rivaldi sedikit mengurangi keseruan dari event Kejurnas Region 2. Bagaimana tidak? Mereka adalah pembalap reguler yang masih terus mengikuti event Kejurnas Grasstrack yang sudah mulai sepi peminatnya di Region 2. Alasan tidak ikutnya pembalap tersebut adalah masalah sirkuit, seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya. Sirkuit dinilai terlalu sempit, kurang safety, dan tidak sesuai dengan standar sirkuit untuk Kejurnas Grasstrack. Keputusan mereka merupakan pembelajaran yang perlu ditekankan, kenapa? Ya, mereka mengajarkan bahwa pembalap itu harus profesional. Tidak hanya berfikir gas, gas, dan gas saja, mereka perlu memikirkan keselamatan mereka juga. Richard Sutrisno (Mantan Grasstracker Nasional) berpendapat, “Pembalap Grasstrack itu bukan hewan sirkus yang hanya disuruh balap tanpa memikirkan faktor keselamatan”.
Protesnya pembalap Jateng tidak memberikan efek event Kejurnas, title Kejurnas masih digunakan dan event tetap berjalan. Sebenarnya, protes mengenai sirkuit Banyuwangi juga muncul dari pembalap lain. Namun mereka hanya menyampaikan hal tersebut dalam bentuk opini dari mulut ke mulut. Beberapa pembalap seperti Bebeto Zivany, Fernando Corokong, dan Kadek Candra pun juga sependapat bahwa sirkuit kurang layak untuk event bertaraf nasional. Memangnya gimana sih penampakan sirkuit kejurnas Banyuwangi? Sirkuit ini dulunya merupakan lapangan sepakbola yang dialih fungsikan menjadi sirkuit grasstrack. Mungkin karena sirkuit adalah bekas lapangan bola, luas dan panjang sirkuit sedikit dipaksakan. Hasilnya lebar sirkuit kurang lebar, beberapa berm kurang aman, pembatas antar lintasan hanya garis plastik. Saat event berlangsung, tidak sedikit pembalap yang keluar lintasan dan berpindah ke jalur yang berbeda. Ada beberapa pembalap juga yang keluar melewati berm yang kurang tinggi dan kurang safety. Pantas memang jika pembalap Jateng mengurungkan niat untuk bermain walaupun mereka sudah jauh-jauh sampai ke lokasi sirkuit.